Mengenai Saya

Foto saya
Bukan siapa-siapa,.... Tidak juga sebagai apa-apa....., Hanya ingin merubah keadaan...., Agar nampak keberadaan....., Yang bermakna dalam ketiadaan.....,

Selasa, Desember 30, 2008

Sebuah Cerita Dari Armada Jaya XXVI

Ini adalah penggalan kisah dari latihan AJ XXVI yang dilakukan di Kaimana. seluruh isi dari cerita ini di kutip dari:
http://www.tnial.mil.id/Majalah/Cakrawala/ArtikelCakrawala/tabid/125/articleType/ArticleView/articleId/85/ARMADA-JAYA-XXVI2006.aspx



Persiapan Singkat dengan Medan yang Berat

Akhir bulan Januari 2007 lalu Armada Jaya XXVI yang merupakan tolok ukur pembinaan kekuatan TNI AL selama tahun 2006, telah dilaksanakan dengan baik. Persiapan yang singkat dengan medan yang relatif singkat ternyata tidak menghambat pelaksanaan latihan yang melibatkan semua komponen sistem Armada Terpadu itu.

Semula AJ XXVI/06 hanya menggelar latihan tingkat Latihan Pos Komando (Latposko) saja sesuai dengan program kerja TNI AL TA 2006. Hal ini didasarkan pada kalender latihan TNI yang pelaksanaannya mendekati waktu Armada Jaya seperti Latihan Operasi Gabungan (Latopsgab) TNI dan Pasukan Pemukul Reaksi Cepat (PPRC). Pada perkembangannya pimpinan TNI AL memandang tidak cukup kalau pembinaan kekuatan matra laut selama setahun ini hanya diukur dari Latposko saja. Latihan tahunan yang merupakan puncak latihan yang telah dilaksanakan secara berjenjang di tingkat satuan, harus diperlihatkan melalui Latposko dan Manuver Lapangan (Manlap). Manlap akan memperlihatkan sejauh mana semua komponen sistem senjata armada terpadu dapat dioperasikan sesuai dengan tuntutan kemampuan tempur TNI AL.



Kebijakan pemimpin TNI AL untuk melaksanakan Manlap dalam Armada Jaya tersebut ditindaklanjuti oleh penanggung jawab latihan yaitu Panglima Komando Armada RI Kawasan Barat (Pangarmabar) Laksda TNI Muryono yang kemudian menunjuk Komandan Gugus Tempur Laut Armabar (Dangusputlaarmabar) Laksma TNI IGN Dadiek Surarto sebagai Direktur Latihan (Dirlat). Perencanaan dilaksanakan dalam kurun waktu sekitar tiga bulan untuk menggelar latihan yang melibatkan semua kesenjataan TNI AL tersebut. Disinilah salah satu letak tantangannya karena sebagian unsur sebelumnya tidak dipersiapkan untuk melaksanakan manuver lapangan sebesar AJ dan sebagian unsur masih berada di daerah operasi.

Daerah latihan yang dipilih untuk manuver lapangan ini juga tidak tanggung-tanggung yaitu Kaimana di pulau Papua yang lokasinya cukup jauh dari daerah persiapan di Surabaya. Bukan itu saja kondisi cuaca di Laut Jawa, Laut Banda dan Laut Arafurua antara bulan Desember 2006 dan 2007, bergelombang relatif tinggi. Waktu pelaksanaan manlap yang hampir sebulan juga melewati tiga hari besar yaitu Hari Natal, Tahun Baru dan Idhul Adha. Disinilah profesionalisme prajurit TNI AL diuji dengan medan yang berat dengan kondisi moril yang kurang kondusif, karena tidak dapat berkumpul dengan keluarga di saat harihari besar itu.

Dalam persiapan yang relatif singkat tersebut, TNI AL mampu menyiapkan 28 KRI berbagai jenis, 7 pesawat terbang (2 heli dan 5 fix wing), 47 kendaraan tempur amfibi (10 tank amfibi, 32 panser amfibi, dan 3 kendaraan amfibi angkut arteleri – KAPA), 34 kendaraan taktis marinir, 7 senjata arteleri berat, 32 perahu karet, 4 hovercraft dan 6.020 personel, untuk diproyeksikan dalam latihan tersebut. Rincian KRI yang dilibatkan pada manlap AJ XXVI adalah 3 Perusak Kawal Rudal (PKR), 5 Perusak Kawal (PK), 3 Kapal Cepat Rudal (KCR), 1 Kapal selam, 10 Angkut Tank (AT), 1 Fast Patrol Boat (FPB), 2 Buru Ranjau (BR), 2 Bantu Cair Minyak (BCM), 1 Bantu Tunda (BTD), dan 1 Bantu Angkut Personel (BAP).

Bertindak sebagai Penanggung Jawab Penyelenggaraan Latihan adalah Pangarmabar Laksda TNI Muryono. Sedangkan perwira yang dipercaya sebagai Direktur Latihan (Dirlat) AJ XXVI adalah Dan Guspurla Armabar, Laksma TNI Ign Dadiek Surarto dan sebagai Wakil Direktur Latihan (Wadirlat) adalah Dan Kolatarmatim Kolonel Laut (P) Surya Wiranto. Komposisi ini juga merupakan suatu keunikan karena penyelenggara latihan dipimpin oleh pejabat dari Koarmabar namun daerah latihan berada di daerah Koarmatim. Sedangkan kekuatan yang dilatih adalah seluruh unsur laut dan udara setingkat Gugus Tugas, pasukan marinir setingkat Batalyon Tim Pendarat (BTP) untuk Pasukan Pendarat dan tingkat Brigade untuk pasukan Gabungan Darat (Gabrat), serta pangkalan di tingkat lantamal. Peserta latihan terdiri dari unsurunsur dari Koarmabar, Koarmatim, Kolinlamil, Kormar dan Diskesal.

Latposko dan Manlap

Kegiatan Latihan AJ XXVI/06 terdiri dari dua kegiatan yaitu Latihan Posko (Latposko) dan Manuver Lapangan (Manlap). Kegiatan Lasposko merupakan proses perencanaan operasi sebelum manlap dilaksanakan. Dalam kegiatan ini para komandan dari setiap jenjang satuan dan perwira staf dituntut profesionalismenya dalam menyusun perencanaan operasi yang dapat digunakan sebagai acuan unsur-unsur pelaksana dalam hal ini satuan-satuan yang terlibat dalam manuver lapangan. Kegiatan Latposko diselenggarakan di Surabaya dengan mengambil tempat di Kolatarmatim dan Puslatlekdalsen Kodikal.

Seperti Armada Jaya sebelumnya, AJ XXVI/06 menguji kemampuan unsur-unsur TNI AL dalam melaksanakan operasi laut gabungan yang diorganisasikan dalam Sub Komando Tugas Gabungan Laut (Sub Kogasgabla), melaksanakan operasi amfibi yang diorganisasikan dalam Sub Komando Tugas Gabungan Amfibi (Subkogasgabfib), melaksanakan operasi pendaratan administrasi yang diorganisasikan dalam Sub Komando Tugas Gabungan Pendaratan Administrasi (Kogasgabratmin), dan melaksanakan operasi darat gabungan yang diorganisasikan dalam Sub Komando Tugas Gabungan Darat (Sub Kogasgabrat). Dalam doktrin operasi gabungan TNI, TNI AL terlibat dalam empat jenis tersebut. Oleh karena itu TNI AL selalu melatih empat kemampuan operasi tersebut.

Manlap dimulai pada tanggal 24 Desember 2006 dengan kegiatan embarkasi seluruh unsur yang terlibat dalam Manlap. Kapal-kapal perang yang masuk dalam Subkogasgabfib dan Subkogasgabratmin bergerak dari pangkalan Surabaya bergerak ke Ambon sebagai pangkalan aju dan daerah Latihan Umum (Latum) atau general rehearsal melalui Selat Selayar dan Laut Banda sebelum bergerak ke Kaimana. Sedangkan unsur-unsur yang tergabung dalam Sub Kogasgabla bergerak dari Surabaya menuju pangkalan Aju di Kupang. Hal ini berdasarkan skenario latihan bahwa Kaimana diduduki oleh musuh yang didukung oleh negara asing yang terletak di selatan Indonesia. Sub Kogasgabla yang terdiri dari kapal-kapal kombatan dan pesawat terbang bergerak ke Laut Banda melalui Kupang dalam rangka menyekat aliran dukungan yang datang dari selatan di Laut Arafuru kemudian bergerak ke Kaimana untuk mendukung operasi amfibi. Sedangkan unsur-unsur Sub Kogasgabfib dan Sub Kogasgabratmin yang membawa pasukan marinir dan pasukan darat bergerak ke Ambon untuk selanjutnya merebut Kaimana.

Selama berada dalam perjalanan atau Gerakan Menuju Sasaran (GMS), berbagai jenis perang laut dilatihkan seperti penyapuan ranjau, peperangan anti serangan udara, anti kapal atas air dan anti kapal selam. Puncak dari manlap Armada Jaya XXVI adalah operasi amfibi yang dilaksanakan pada tanggal 7 Januari 2007. Pendaratan amfibi di Kaimana ini disaksikan langsung oleh Kasal Laksamana Slamet Soebijanto beserta para pejabat teras TNI/TNI AL. Dalam pelaksanaannya memang dijumpai sejumlah kendala, hal ini bukan semata-mata disebabkan oleh ketidakmampuan personel yang terlibat dalam latihan, namun juga berasal dari penurunan kemampuan alutsista yang dimiliki TNI AL. Tentunya kondisi ini juga menjadi evaluasi dalam rangka memelihara kemampuan tempur TNI AL. Secara garis besar Latihan Armada Jaya kali ini berjalan dengan baik meskipun dengan persiapan yang relatif singkat dan medan latihan yang relatif berat terutama di aspek cuaca. © (Heri S)

TIDAK SEKEDAR LATIHAN PUNCAK ANGKATAN LAUT

Bagi TNI AL, Latihan Armada Jaya memiliki nilai strategis yang tidak saja menjadi tolok ukur pembinaan kekuatan TNI AL, namun juga menjadi pijakan pembangunan kekuatan TNI AL pada masa-masa selanjutnya.

Ada sejumlah arti penting dari Armada Jaya (AJ). Pertama, Latihan ini merupakan latihan puncak yang merupakan rangkaian dari latihan-latihan di tingkat satuan sebelumnya seperti L1 s.d L3 untuk unsur laut, M1 s.d M3 untuk marinir, U1 s.d U3 untuk unsur udara armada, dan P1 s.d P3 untuk unsur pangkalan. Kedua, AJ untuk menguji, menilai, mengevaluasi dan mengukur hasil pembinaan kemampuan dan kekuatan TNI AL selama satu tahun anggaran. Ketiga, Latihan AJ merupakan referensi bagi pengembangan doktrin hingga taktik tempur angkatan laut yang dapat digunakan pada pertempuran yang sebenarnya.



Hal ini relevan dengan pernyataan Kasal pada saat kaji ulang Armada Jaya (AJ) XXVI di Surabaya pada tanggal 22 Januari 2007 bahwa setiap selesai Latihan Armada Jaya harus dilaksanakan kaji ulang yang disampaikan secara lugas, tajam dan tidak ada rekayasa agar ke depan latihan AJ dapat berjalan lebih baik. Kekurangan-kekurangan dalam latihan merupakan temuan yang berharga untuk dapat diperbaiki bersama-sama. Dari pernyataan itu dapat diartikan bahwa latihan puncak prajurit matra laut ini bukan hanya menekankan aspek prosedural namun yang paling penting adalah berfokus pada aspek substantial.

Hasil evaluasi menyatakan bahwa hasil AJ XXVI berjalan dengan kriteria cukup sesuai ukuran penilaian yang meliputi aspek kemantapan awal SSAT, nilai uji yang merupakan penggabungan nilai keberhasilan penyelenggaraan latihan dengan nilai kemampuan taktik peperangan, dan nilai jiwa korsa masing-masing pengawak SSAT. Meskipun demikian Kasal Laksamana TNI Slamet Subiyanto belum merasa puas dan memastikan latihan AJ mendatang dilaksanakan di daerah yang sama yakni Papua namun dengan penentuan pangkalan aju yang lebih sulit. Hal ini dimaksudkan agar perencanaan latihan lebih realistis dan tentu saja akan menjadi tantangan prajurit TNI AL untuk menjawabnya.© (Heri S)



LAGA ARMADA JAYA

OBATI KERINDUAN KAIMANA

Tiga hari sebelumnya, satu regu Intai Amfibi (Taifib) telah diterjunkan di Pulau Kaimana untuk mengamankan tumpuan pantai dari gangguan musuh. Memasuki jam "J", ketika matahari masih enggan beranjak dari antuknya, desing tembakan dari kapal-kapal perang dari laut ke arah pantai serta bising suara mesin bercampur deru ombak memecah keheningan pagi. Kemudian sebuah hovercraft buatan dalam negeri, dimana Kepala Staf Angkatan Laut (Kasal) Laksamana TNI Slamet Soebijanto berada di dalamnya, meluncur dari "mulut" KRI Tanjung Dalpele-972 sebagai tanda dimulainya serbuan pendadakan para prajurit TNI AL ke Pulau Kaimana.

Gelombang serangan berikutnya dilakukan oleh prajurit Kopaska dengan Kendaraan Tempur Bawah Air (KTBA) hasil karyanya, disusul kendaraan-kendaraan pendarat amfibi termasuk tank-tank jenis PT 76, yang mengangkut para prajurit Korps Marinir lengkap dengan persenjataannya. Bunga api dari ledakan dahsyat dan rentetan tembakan ke bibir pantai mengiringi keindahan "sunrise" yang mulai beringsut muncul.



Tak urung, pengerahan kekuatan 28 kapal perang berbagai jenis termasuk kapal selam, sejumlah pesawat dan helikopter serta pendaratan sebanyak 1500 orang prajurit Korps Marinir, memaksa pasukan musuh untuk mundur dan masuk ke pedalaman pegunungan. Serangan pun terus berlanjut dengan tembakan-tembakan artileri dari tank-tank, mortir, howitzer 105 mm hingga meriam multilaras RM 70 Grad. Sedangkan di sekitar Pelabuhan Kaimana, Kopaska juga menerjunkan pasukannya untuk mengamankan dan mengisolir daerah tersebut dari gangguan musuh.

Demikian sekelumit skenario Operasi Pendaratan Amfibi, yang menggelar seluruh unsur kekuatan Sistem Senjata Armada Terpadu (SSAT), dalam Latihan Puncak dengan sandi Armada Jaya XXVI/06, di Kaimana, Propinsi Irian Jaya Barat, dimana digambarkan daerah tersebut sudah dikuasai gerombolan separatis yang mendapat dukungan dari sebuah negara atau kekuatan luar negeri.

Sementara itu, Kasal Laksamana TNI Slamet Soebijanto saat berkeliling menyaksikan uji kemampuan seluruh persenjataan berat yang dimiliki TNI AL, berkesempatan mengemudikan sendiri kendaraan pendarat amfibi menyeberangi lintasan yang menjadi daerah latihan. Usai uji penembakan dan pendaratan, secara tegas Kasal mengungkapkan ketidakpuasannya sebagai akibat kurang intensnya pelaksanaan latihan, dan menurutnya masih banyak hal-hal yang dapat ditingkatkan. Namun dalam hal pengerahan unsur-unsur kekuatan maupun keseriusan dan semangat tinggi yang ditunjukkan para pelaku latihan, patut mendapat acungan jempol. Terlebih, latihan operasi pendaratan amfibi yang tetap digelar dalam keadaan cuaca tidak menentu dan cenderung buruk tersebut, menjadi nilai lebih bagi para pelaku latihan. Sementara, pemilihan Pulau Kaimana sebagai fokus daerah latihan menurut Kasal, telah melalui berbagai kajian dan pertimbangan, diantaranya karena daerah tersebut dalam situasi perkembangan regional maupun nasional, memiliki keterkaitan dengan integritas dan keutuhan NKRI.

"Kita akan laksanakan lagi latihan ini pada bulan Oktober atau November 2007 di tempat yang sama, dengan kekuatan yang sama bahkan lebih", katanya.

Tidak hanya simulasi pertempuran saja yang digelar, tetapi karya bakti berupa pengobatan gratis ikut mewarnai dalam Latihan Armada Jaya tahun ini. Ratusan warga masyarakat yang terjangkit berbagai penyakit termasuk pelayanan gigi dan mulut, terlayani dengan baik oleh para dokter maupun perawat TNI AL.

Sejenak, kita tinggalkan gambaran Latihan Armada Jaya XXVI untuk menilik kekayaan alam dan nilai-nilai historis yang tertangkap di Pulau eksotis Kaimana.



Mutiara Terpendam

Kaimana... adalah daerah yang sejak 11 April 2003 secara administratif, status, kedudukan dan fungsi pemerintahannya berubah dari yang dulunya distrik (kecamatan) di bawah Kabupaten Fakfak menjadi Kabupaten dan berada dalam wilayah Provinsi Irian Jaya Barat.

Secara geografis, Kabupaten Kaimana terletak diantara 03’050 - 04’010 LS dan 132’300 - 134’320 BT memiliki luasan wilayah 36.000 km², terdiri dari wilayah laut seluas 17.500 km2 dan wilayah daratan 18.500 km2. Sedangkan dari hasil sensus tahun 2005, penduduk daerah tersebut berjumlah 48.705 jiwa dengan ragam mata pencaharian sesuai dengan lingkungan tempat tinggalnya seperti petani, nelayan, pedagang serta pegawai pemerintahan.

Teringat tembang lawas berjudul "Senja di Kaimana" buah karya pengarang lagu Alfian, yang menggambarkan keindahan tenggelamnya sang surya ke peraduannya, sejumlah pesona lain juga ditawarkan oleh wilayah paling selatan Provinsi Irian Jaya Barat ini. Mulai dari keunikan budaya masyarakatnya, pesona wisata kebaharian dengan biodiversity hayati laut yang memiliki beragam satwa langka dan keindahan terumbu karang, situssitus kepurbakalaan peninggalan jaman prasejarah hingga kekayaan alam yang dapat dijadikan peluang investasi seperti potensi kawasan hutan sebagai kawasan konservasi maupun hutan produksi, sumber daya mineral dengan kandungan minyak bumi, gas alam dan emas serta budidaya mutiara yang dapat dikembangkan dalam skala besar. Sementara dalam hal transportasi, telah dimudahkan dengan jalur melalui laut maupun udara, antara lain secara rutin setiap dua minggu kapal-kapal Pelni menyinggahi Pelabuhan laut Kaimana dan hadirnya penerbangan komersial.

Melihat potensi sumber daya alam yang demikian besar, tentunya membuka lebar peluang untuk menarik para investor sebagai target devisa, yang pada akhirnya diharapkan dapat mendongkrak perekonomian Kabupaten Kaimana. Karenanya, tidak terlalu berlebihan apabila pemerintah kota mencanangkan visi percepatan pembangunan untuk membawa daerahnya sebagai Kabupaten termaju diwilayah Irian Jaya Barat demi mensejahterakan warga masyarakat. Tetapi yang patut disayangkan, terdapat efek negatif dari kondisi tersebut dengan adanya sekelompok orang yang memaksakan diri ingin menguasai kekayaan alam Kaimana dengan jalan "membonceng" LSM asing berusaha memisahkan diri dari NKRI dengan mendengung-dengungkan kemerdekaan secara sepihak demi memenuhi kepentingan pribadi ataupun golongannya. Menyikapi keadaan itu, pemerintah secara tegas menolak keinginan kelompok separatis serta menyatakan bahwa Papua dan Irian Jaya Barat dimana Kabupaten Kaimana terdapat didalamnya, sebagai bagian dari NKRI.

Dari sisi historis, Kaimana ternyata memiliki nilai-nilai kepahlawanan yang patut dibanggakan. Mengingat, saat berkobarnya perjuangan merebut kembali Irian Barat kepangkuan ibu pertiwi dari tangan penjajah Belanda yang dikenal dengan peristiwa Trikora atau Tiga Komando Rakyat, peranan dan dukungan warga masyarakat tidaklah kecil. Seperti yang dituturkan oleh Lurah Kabupaten Kaimana Kota Saifuddin, dimana pada masa pemerintahan Presiden RI Ir. Soekarno, Kaimana menjadi gerbang awal masuknya pasukan TNI maupun para sukarelawan baik yang diterjunkan melalui udara ke daerah Lembah Gunung Genova maupun gelombang pendaratan pasukan dari arah laut. Presiden Soekarno pun memberikan ultimatum kepada Belanda untuk mengembalikan Irian Barat sebelum suara ayam berkokok terdengar atau terbitnya matahari. Pada saat itu pun sebuah peristiwa heroik terjadi. Di Laut Arafuru, RI Macan Tutul ditenggelamkan dan mengakibatkan gugurnya Komodor Yos Sudarso yang hingga kini terus dikenang oleh para prajurit matra laut sebagai Hari Dharma Samudera.

"Kaimana menjadi saksi bisu perjuangan Bangsa Indonesia, disini juga ada Taman Makam Pahlawan Gunung Genova, yang diantaranya terdapat kurang lebih 20 orang ABK RI Macan Tutul disemayamkan pak", kata Saifuddin berapi-api saat berbincang dengan Tim Dispenal, sehari sebelum meninggalkan Kaimana.

Berangkat dari peristiwa bersejarah itulah, menurut pria kelahiran 25 Mei 1952 yang memiliki 6 orang anak itu, untuk mengenangnya masyarakat Kaimana menuangkannya kedalam sebuah syair lagu daerah dengan petikan bait antara lain sebagai berikut.... "Asia i wenne.. asia i wenne natumbo kimania.. asia i wenne.." yang memiliki arti... "Pandanglah di ufuk timur terbitnya matahari.. Disana penuh dengan peristiwa.. kita berpangkal dari sana..". dijelaskannya juga, bahwa warga masyarakat sangat menanti-nanti moment seperti Latihan Armada Jaya yang digelar TNI AL. Hal itu dapat dilihat dari antusiasme mereka ketika menyaksikan para prajurit kebanggaannya beraksi, tidak sedikitpun beranjak pergi hingga usainya latihan. Bahkan menurut Saifuddin, dirinya sangat mengharapkan dua orang familinya masing-masing Yusar Yularius Sanau dan Hermelo Furua yang berminat menjadi tentara, dapat diterima menjadi prajurit TNI AL.

"Kami bangga sekali melihat prajurit TNI AL dalam latihan ini. Setelah sekian lama tidak lagi bertemu dengan saudara-saudara dari luar Kaimana, baru kali ini kerinduan kami dapat terobati. "Oromi Java" atau yang berarti meninggalkan kesan mendalam untuk suatu saat kembali lagi, begitulah harapan kami dari pertemuan ini", akunya dengan nada sedikit lirih.

Latihan Armada Jaya XXVI/06 pada hakekatnya selain untuk uji kemampuan seluruh persenjataan yang dimiliki TNI AL, juga bertujuan mengasah dan memelihara naluri tempur serta meningkatkan profesionalisme para prajurit, agar apabila sewaktuwaktu dibutuhkan untuk menangani gangguan yang mengancam keutuhan NKRI, dapat segera digerakkan dan termobilisasi dengan cepat. Namun di lain sisi, latihan TNI AL tersebut memiliki dampak dampak psikologis bagi warga masyarakat setempat. Bak mutiara yang terpendam sekian lama dan baru tergali lagi, Laga Armada Jaya XXVI/06 merefresh kembali ingatan sekaligus menjadi obat kerinduan masyarakat Kaimana akan kebersamaan mereka dengan saudara-saudara dari luar daerahnya. Oromi Java... © Oleh : Bondy Mulyatmo, S.Sos

Tidak ada komentar:

Posting Komentar